Jumat, 28 Oktober 2011

IDENTIFIKASI TANAMAN ANGGREK EPIFIT DI TAMAN HUTAN RADEN SURYO CANGAR BATU MALANG



PENDAMPING
ALAND YUSRO


KELOMPOK 2 (Mirabilis Jalapa)
ULYA ROFAIDA
ASIFATUL QUBAIS
DENI HIDAYAT
SITI KHOTIMAH
ELIK SUTRIANI
IDA




 










LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Anggrek adalah tanaman hias dengan bunga yang mempesona dan menakjubkan. Jika seseorang melihat rangkain bunga anggrek terjuntai di antara pohon di kebun atau di halaman rumah, orang pasti akan terkesima sejenak dengan keindahannya. Dengan bentuk beraneka ragam dan warna-warna yang cerah, terpencar pula kesan lembut di mana semakin lama dipandang akan semakin mendatangkan kekaguman.
Anggrek di Indonesia sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Terbukti dengan anggrek jenis Paphiopedilum dayanun yang berasal dari Kalimantan (Borneo) tahun 1869 sudah dikenal di Eropa.

1.1  Rumusan Masalah
Apa sajakah jenis tanaman anggrek epifit yang terdapat di Taman Hutan Raden Suryo, Cangar, Batu Malang?

1.2  Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui berbagai jenis tanaman anggrek epifit yang terdapat di Taman Hutan Raden Suryo Cangar Malang.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Morfologi  Tumbuhan Anggrek
2.1.1.Daun                                                

                            
                   (Gambar 2.1.1 Helaian daun Anggrek)

Daun anggrek muncul pada ruas-ruas batang dengan posisi berhadapan atau berpasangan. Bentuk daun anggrek tergantung dari varietasnya masing-masing. Ada anggrek yang memiliki daun berbentuk kecil memanjang, ada juga yang memiliki daun bulat lebar. Anggrek yang memiliki daun lebar biasanya lebih cepat berbunga karena proses fotosintesisnya juga berlangsung lebih cepat. Hasil dari fotosintesis yang berupa makanan akan dipakai untuk mempercepat proses pembungaan (Anonymous, 2011).
Helaian daun anggrek berdaging berwarna hijau tua. Permukaan daun dilapisi kutikula (lapisan lilin) yang dapat melindungi darh serangan hama dan penyakit. Kedudukan daun tersusun secara berjajar berselingan (Anonymous, 2011).
Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar. Sedangkan bentuknya berbeda-beda, ada yang memanjang dan ada yang membulat tergantung pada spesies. Tipe daun menunjukkan keadaan habitat anggrek. Menurut pertumbuhan daunnya anggrek digolongkan menjadi dua yaitu (Anonymous, 2011).
a.    Kelompok Evergren ( tipe daun tetap segar / hijau ), yaitu anggrek yang helaian-helaian daun nya tidak gugur serentak.
b.    Kelompok Decidous ( tipe gugur ) , yaitu semua helaian-helaian daun gugur dan tanaman mengalami masa istirahat, kemudian diganti tempatnya dengan munculnya bunga. 
Batang dan daun anggrek mengandung klorofil, hal ini sangat membantunya memaksimalkan penyerapan sinar matahari untuk fotosintesis dalam habitatnya di hutan yang minim cahaya. Klorofil pada batang anggrek tidak mudah hilang atau terdegradasi walaupun daun-daunnya telah gugur, oleh sebab itu anggrek juga memiliki julukan evergreen (Anonymous, 2011).
2.1.2.Batang

                              
(Gambar 2.1.2 batang anggrek)

Batang anggrek yang menebal merupakan batang semu yang dikenal dengan istilah pseudobulb (pseudo=semu, bulb=batang yang menggembung), berfungsi sebagai penyimpan air dan makanan untuk bertahan saat keadaan kering (Bose dan Battcharjee, 1980). Batang Anggrek ada dua tipe yang dipengaruhi oleh titik tumbuhnya, yaitu (Jenny, 2009: 74).
1.    Monopodial
anggrek
    (Gambar 2.1.2.1 Batang anggrek tipe monopodial)
Anggrek tipe monopodial hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh. Batang utama terus tumbuh dan tidak terbatas panjangnya Bentuk batangnya ramping dan tidak berumbi. Tangkai bunga akan keluar di antara dua ketiak daun. Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara stek batang dan biji. Kelompok anggrek monopodial yaitu genus Aerides, Arachnis, Phalaenopsis, Renanthera, Aranthera , Vanda dan lain-lain (Jenny, 2009: 74).
2.    Simpodial

                                    anggrek
(Gambar 2.1.2.2 batang anggrek tipe simpodial)

Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang memiliki batang utama yang tersusun oleh ruas-ruas tahunan. Angrek tipe simpodial mempunyai batang yang berumbi semu (pseudobulb) yang juga berfusngsi sebagai cadangan makanan. Masing-masing ruas dimulai dengan daun sisik dan berakhir dengan setangkai perbungaan. Pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas, pertumbuhan batang akan terhenti bila pertumbuhan ke atas telah maksimal.  Batang utama baru muncul dari dasar batang utama Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung dari tunas satu ke tunas lainnya yang disebut rhizome.  Anggrek jenis ini dapat diperbanyak dengan cara  split, pemisahan keiki, stek batang dan biji. Kelompok anggrek simpodial  yaitu genus Cattleya, Coelogyne, Dendrobium, Grammatophyllum, Oncidium dan lain-lain (Jenny, 2009: 74).




2.1.3.Akar

                                    anggrek
                                  (Gambar 2..1.3.akar bunga anggrek)

Tanaman anggrek memiliki akar yang lunak dan mudah patah dan berbentuk silindris serta berdaging. Bagian ujungnya meruncing, agak lengket dan licin saat dipegang. Dalam keadaan kering akar akan tampak berwarna putih keperak-perakan pada bagian luarnya dan hanya pada bagian ujung akar saja yang berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang telah tua menjadi coklat dan kering, kemudian akan digantikan oleh akar yang baru (Jenny, 2007: 74).
Anggrek memiliki akar udara (akar aerial) yang berguna untuk menyerap air dari udara. Akar ini dapat berfotosintesis karena mengandung butir hijau daun. Selain itu, banyak anggrek yang memiliki umbi semu pada batang atau pangkal daun. Umbi semu tersebut berfungsi untuk menyimpan air dan zat. Jenis anggrek monopodial (memanjang ke atas), memiliki akar aerial yang berwarna hijau, hijau keputihan, atau kuning kecokelatan (Jenny, 2007: 74).
Fungsi lain dari akar adalah menempelkan dirinya pada tempat atau media tumbuh.Tanaman dikatakan sehat atau tidaknya dapat dilihat dari akarnya. Akar udara terdapat lapisan velamen yang berongga dan berfungsi untuk menyerap air dan udara. Akar ini juga dapat berfotosintesis karena megandung butiran hijau daun (klorofil).  Pada lapisan velamen terdapat Mycorhiza (myco = cendawan ; rhizome = akar) atau cendawan yang hidup dalam akar tumbuhan. Mycorhiza  hidup secara simbiosis yaitu dengan memfiksasi fosfat untuk ditukarkan dengan hidrat dari tumbuhan (Anonymous, 2011).

2.1.4.Bunga

                         
                                    (Gambar 2.1.4. susunan bunga anggrek)

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman warna dan bentuk bunga . meski demikian anggrek memiliki struktur bunga yang sama dan khas. Bunga anggrek dapat tumbuh di ujung tanaman (tipe acranthe) atau terbentuk di antara helai daun (tipe pleuranthe). Bunga anggrek terdiri dari (Anonymous, 2011):
1.    Kelopak (sepal)
2.    Mahkota (petal)
3.    Lidah (Labelum)
4.    Bakal buah (dim ovari), dibentuk oleh penyatuan putik (alat kelamin betina) dan benangsari / pollinia atau polen (alat kelamin jantan)
Selain bentuk dan warna yang beragam, bunga anggrek juga memiliki variasi dengan jumlah kuntumnya. Secara umum bunga anggrek mempunyai karakteristik sebagai berikut (Anonymous, 2011):
1.    Mempunyai tiga sepal. Salah satu sepal yang terletak pada bagian belakang (punggung) yang menghadap ke atas dinamakan sepal dorsal.
2.    Mempunyai tiga petal yang letaknya berselang seling dengan daun kelopak bunga. Salah satu dari petal yang terletak di bawah berbentuk seperti lidah yang disebut labellum (bibir bunga), membuat bentuk bunga menjadi serasi (simetris) antara kiri dan kanan.
3.    Putik dan benang sari (bagian jantan dan betina) terdapat pada satu bagian yang disebut column.
4.    Tepung sari terdapat pada satu tempat yang disebut pollinia.
2.1.5.Buah

                                    (Gambar 2.1.5. buah anggrek)

Bentuk buah anggrek berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Buah anggrek merupakan lentera atau capsular  yang memiliki 6 rusuk. Tiga di antaranya merupakan rusuk sejati dan yang tiga lainnya adalah tempat melekatnya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah tadi dalam satu buah anggrek sebesar kelingking terdapat ratusan ribu bahkan jutaan biji anggrek yang sangat lembut dalam ukuran yang sangat kecil (Anonymous, 2011).
Biji-biji anggrek tidak memiliki endosperm sebagai cadangan makanan , sehingga untuk perkecambahannya dibutuhkan nutrisi yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan biji. Perkecambahan di alam sangat sulit jika tanpa bantuan fungi (jamur) yang disebut mikoriza  yang bersimbiosis dengan biji-biji anggrek tersebut. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, hifa atau benang dari mikoriza akan menembus embrio anggrek melalui sel-sel suspensor. Kemudian fungi tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai bahan energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan biji-biji anggrek (Anonymous, 2011).
2.2.Sekilas Tentang Tumbuhan Anggrek Epifit
Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Akar anggrek menyerap makanan dari air hujan, kabut dan udara sekitar. Contoh : Cattleya sp., Dendrobium sp.(Jenny, 2007: 74).
Menurut Hirata et al (2009), pola penyebaran tumbuhan epifit dipengaruhi oleh dua proses utama yaitu, penyebaran (dispersal) dan pertumbuhan selanjutnya tumbuh pada percabangannya serta pertumbuhan epifit selanjutnya, maka jenis tumbuhan inang serta tumbuhan anggrek epifit menempel di pohon inang juga perlu dipelajari. Arditti (1992) berpendapat bahwasanya untuk mempelajari ekologi anggrek dan bentuk-bentuk adaptasinya perlu mengetahui karakteristik dari kanopi hutan. Anggrek epifit beradaptasi sangat baik pada tumbuhan inangnya (Tirta, 2010: 35).
Kehidupan jenis anggrek epifit dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Sifat hidupnya yang menempel pada tumbuhan lain (epifit) merupakan salah satu cara untuk beradaptasi untuk mendapatkan mperoleh cahaya matahati karena jenis epifit membutuhkan intensitas cahaya yang lebih tinggi (Dessler, 1990). Dendrobium termasuk marga anggrek yang sangat toleran terhadap kekeringan, sehingga dapat dijumpai di bagian pohon yang ternaung dan terbuka (Tirta, 2010: 36).
Pohon inang yang paling banyak ditempeli anggrek epifit adalah Schefflera fastigiata. Hal ini dikarenakan perawakan pohon tinggi, besar, bercabang banyak dan usianya mencapai puluhan tahun, sehingga memungkan substrat yang tertimbun di permukaan kulit batang tebal. Hal ini berpengaruh terhadap penyimpanan air dan zat tidaramah terhadap vegetasi di sekitarnya, dengan tidak mengahasilkan eksudat yang bersifat racun. Sehingga tidak hanya anggrek epifit yang menggunakannya untuk menempel namun juga tumbuhan paku dan lumut, bahkan juga fungi, lichens dan tumbuhan memanjat (liana). Hal yang sama terdapat Saurauia bracteosa, meskipun ukuran batang lebih kecil, pohon ini memiliki percabangan yang sangat efektif untuk pertumbuhan speesies epifit, termasuk anggrek (Marsusi, 2001: 154).
Pohon inang yang sangat sedikit ditempeli anggrek epifit adalah Pinus mekussi dan Araucaria sp. Telah banyak diketahui bahwa pohon pinus merupakan penghasil resin utama dalam dunia tumbuhan. Sebagian dari resin yang dihasilkan akan meresap keluar melalui stomata pada kulit kayu muda atau menembus jaringan gabus pada kulit kayu tua. Resin bersifat alelopati/alelokemi terhadap kebanyakan tumbuhan, termasuk anggrek epifit yang kemungkinan menempel padanya. Di samping itu, bentuk arsitektur pohon pinus yang cenderung terdiri dari batang utama yang tegak lurus dengan cabang-cabang kecil yang mendatar, kurang memungkinkan terdekomposisinya serasah dedaunan, debu dan air hujan di batang, sehingga memperkecil kemungkinan pertumbuhan anggrek epifit. Tumbuhan epifit yang ditemukan secara dominan pada batang pohon pinus Usnea, suatu pohon perintis lichenes yang memang dikenal mampu tumbuh di lingkungan dengan kondisi fisik dan kimia yang eksterm. B. bakhuizenii merupakan satu-satunya anggrek yang mampu tumbuh epifit di batang pohon pinus, hal ini di dukung ukuran tubuhnya yang kecil sehingga memungkinkan melekat pada cabang-cabang pinus yang relatif kecil (Marsusi, 2001: 154).
Madison (1977) menyatakan bahwa inang bagi anggrek epifit merupakan salah satu kebutuhab yang mendasar dalam upaya mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang lebih baik. Hal ini kadang-kadang menyebabkan beberapa jenis anggrek memilih inang tertentu sebagai tempat tumbuhnya (Piers, 1968; Morris, 1970). Namun demikian anggrek tidak memiliki hubungan spesifik dengan inangnya (Puspitaningtyas, 2001). Hal ini terlihat bahwa untuk jenis anggrek yang sama seperti Pomatocalpa spicata di TN Meru Betiri P. spiacata lebih banyak menempel di inang marga Rutaceae (Clausina indica)  (Maluku) lebih menyukai marga Myrtaceae (Syzygium sp) (Musidawati et.al, 1998) (Puspitaningtyas, 2007: 212).
Allen (1959) menyatakan bahwa anggrek-anggrek epifit masih dapat tumbuh subur ketika dipindahkan pada tumbuhan inang lainnya. Johansson (1975) juga tidak menemukan indikasi hubungan khusus antara anggrek dan inangnya meskipun diperoleh data bahwa Parinari excels merupakan inang anggrek yang dominan di kawasan Nimba (Afrika). Di Cagar Alam Kersik Luwey, meskipun Vaccinium varingiaefiolum merupakan  inang yang dominan tetapi bukan merupakan inang yang spesifik bagi anggrek Coelogyne pandurata (Puspaningtyas dan Patimah, 1999). Dressier (1982) menyatakan bahwasana salah satu perbedaan cara hidup tumbuhan epifit dan terestial adalah dalan kebutuhan cahayanya. Sehinnga jenis-jenis anggrek yang menyukai cahaya terang akan tumbuh menjadi tumbuhan epifit sedangkan yang menyukai naungan akan tumbuh di lantai hutan (Puspitaningtyas, 2007: 213).

2.3.Beberapa Contoh Jenis Anggrek Epifit
2.3.1.Bulbophyllum bakhuizenii Stenn.
   Akar serabut, jumlah sedikit, tumbuh pada rimpang. Pertumbuhan rimpang pada rimpang simpodial. Pseudobulb tumbuh pada nodus rimpang, berbentuk bulat memanjang, ujung mengecil, panjang 1-3 cm, diameter 1 cm, warana kehijauan, permukaan sedikit beralur. Daun tunggal tumbuh di ujung psedobulb, berbentuk lonjong, kaku serta agak tebal, panjang daun 5 cm dengan lebar 1 cm, ujung meruncing, tepi rata, pertulangan sejajar. Bunga muncul dari rimpang, kadang-kadang bertumpuk, berbentuk bintang, daun kelopak dan daun mahkota berbentuk lonjong (Marsusi, 2001: 151).
2.3.2.Coelogyne miniata Lindl
Akar serabut dilengkapi akar udara, jumlah sedikit, tumbuh pada rimpang simpodial, mempunyai pseudobulb berbentuk bulat lonjong persegi 4-5, warna hijau kekuningan, panjang kira-kira 5 cm, diameter 1,5 cm. setiap psedobulb mendukung 2 helai daun. Daun berbentuk pedang, ujung meruncing, letak berhadapan, permukaan licin, tepi rata, pertulangan sejajar, panjang dapat mencapai 18 cm, lebar sekitar 3 cm. Tandan bunga tidak menggantung, tumbuh dari pangkal pseudobulb, panjang 8-11 cm, bunga mekar pada saat bersamaan (Marsusi, 2001: 151-152).
2.3.3.Coelogyne rochussenii de Vr. (Anggrek topas)
Akar serabut, panjang, tumbuh pada rimpang. Pertumbuhan rimpang simpodial, mempunyai pseudobulb berwarna hijau, jumlah sedikit, berbentuk tabung dengan bagian atas mengecil, permukaan beralur, panjang 7 cm, diameter 1,5 cm. setiap pseudobulb mendukung 2 helai daun yang saling berhadapan. Daun berbentuk pita, tepi rata, ujung runcing, pertulangan sejajar, permukaan licin, panjang 15 cm lebar 3 cm. Tandan bunga muncul dari pangkal pseudobulb, panjang kira-kira 50 cm. Setiap tandan terdapat 6-10 kuntum bunga berwarna kuning muda, daun kelopak dan daun mahkota berbentuk pita dengan bibir beralur 3 (Marsusi, 2001: 152).
2.3.4.Dendrobium bigibbum Lindl. (Anggrek Larat Langsing)
Akar serabut, jumlah banyak. Pertumbuhan batang monopodial, membentuk rumpun, batang bagian bawah sedikit menggembung, berbentuk bulat memanjang, permukaan beralur. Panjang batang 23 cm atau lebih. Daun bentuk lanset, tumbuh di ujung batang, tepi rata, ujung runcing, permukaan halus, pertulangan sejajar letak berseling berhadapan dengan panjang 10 cm, lebar 2 cm. Tandan bunga selalu muncul dari ujung batang, berdiri tegak, panjang 30 cm atau lebih tumbuh sekitar 15 kuntum bunga setiap tandan, bunga bergaris tengah tidak lebih dari 5 cm. Daun kelopak dan daun mahkota lansing berwarna ungu agak merah jambu. Bunga dapat bertahan mekar selama 10-14 hari, menyukai tempat yang agak teduh, berbunga pada awal musim kemarau (Marsusi, 2001: 152).
2.3.5.Dendrochilum longifolium
Akar serabut. Rumpun sangat rapat, mudah membentuk tunas baru. Pseudobulb berbentuk bulat, panjang, mengecil ke ujung. Panjang pseudobulb sampai 8 cm, setiap pseudobulb hanya berdaun satu helai. Panjang daun 25-40 cm dengan lebar 4-6 cm, tipis dan agak kaku. Tandan bunga muncul dari batang muda yang belum membentuk pseudobulb. Panjang tandan bunga sekitar 25-40 cm. Bunga tunggal tumbuh di ujung tandan, jumlah 25-30 kuntum. Bunga berbentuk bintang, kecil dengan garis tengah sekitar 2 cm, warna coklat muda kehijauan. Bunga tersusun dalam dua baris dan mekar secara hamper serempak selama 2 minggu atau lebih. Umumnya berbunga pada awal musim hujan. Anggrek ini menyukai tempat teduh dan agak lembab (Marsusi, 2001: 152).
2.3.6.Eria bogoriensis J.J.S (Anggrek eria bogor)
Akar serabut, panjang. Pertumbuhan batang monopodial, membentuk rumpun, bentuk batang bulat memanjang, berukuran 35 cm atau lebih, langsing dan agak membesar ke ujung. Daun tumbuh di ujung batang jumlah 3-5 helai, tidak bertangkai, letak berhadapan, tepi rata, ujung runcing melengkung seperti pita, agak sempit dan tebal, permukaan licin, panjang 20 cm, lebar 3 cm, pertulangan sejajar. Tandan bunga muncul dari ketiak daun, kadang-kadang 3-4 tandan muncul secara bersusun. Letak tandan hamper tegak, ukuran 10 cm, dengan 20-30 kuntum bunga dalam setiap tandan. Bunga kecil, mekar hampir bersamaan, warna beragam (putih, kuning susu, lembayung), berbau agak harum terutama pada pagi hari. Setiap kuntum bunga hanya tahan mekar selama 3 hari. Anggrek ini menyukai tempat teduh dan lembab, berbunga antara bulan Juli-Septembar (Marsusi, 2001: 152).
2.3.7.Liparis caespitosa (Thou.) Lindl., (Anggrek Kutilang)
Akar serabut panjang, jumlah jarang. Pertumbuhan batang simpodial, membentuk rimpang, mempunyai pseudobulb yang tumbuh rapat pada rimpang, berbentuk kerucut, warna hijau tua, panjang 3 cm, diameter 1 cm. setiap pseudobulb mendukung 2 helai  daun, berbentuk bulat, panjang sampai 14 cm, lebar 1,5 cm, bertangkai, ujung runcing, tepi rata pertulangan sejajar, letak berhadapan, permukaan licin. Ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan spesies Liparis lain. Bunga keci, bibir berbentuk segiempat, tidak bercelah dan tidak berumbai-umbai, warna hijau pucat, buah bentuk jorong, kecil berbunga sepanjang tahun (Marsusi, 2001: 152).
2.3.8.Liparis pallid (BI.) Lindl. (Anggrek parkit)
Akar serabut, menggerombol. Pertumbuhan batang monopodial, membentuk rumpun rapat. Pseudobulb berbentuk bulat lonjong, panjang lebih kurang 8 cm, semakin ke atas semakin memipih. Permukaan pseudobulb beralur, ujung mendukung 1 helai daun. Daun berbentuk pita, melebar ke ujung, panjang dapat mencapai 25 cm, lebar 4 cm. Tepi rata ujung runcing, permukaan halus, pertulangan sejajar. Tandan bunga panjang 30 cm, tumbuh di ujung pseudobulb, agak menunduk, berbunga banyak, kira-kira 20-30 kuntum dalam setiap tandan, masing-masing bunga berdiameter 1-2 cm, warna kuning kemerahan daun kelopak dan daun mahkota berbentuk jorong yang menguak ke belakang, sedangkan tugu menggeliat ke depan. Berbunga sepanjang tahun dengan masa mekar 5-6 hari (Marsusi, 2001: 152-153).

2.3.9.Pholidota globosa (BI.) Lindl.
Akar serabut, pertumbuhan batang simpodial, membentuk rimpang, mempunyai pseudobulb, jumlah banyak, tumbuh di atas rimpang, akar panjang, banyak dan kaku. Pseudobulb berbentuk bulat telur (lonjong), panjang 3 cm, diameter 1 cm, warna hijau agak transparan. Setiap ujung pseudobulb ditumbuhi 2 helai daun yang tegak, panjang 8-19 cm, lebar 1,5 cm, tersusun berhadapan, berbentuk pita, ujung runcing, tepi rata, pertulangan sejajar, permukaan licin. Tandan bunga muncul dari ranting muda, panjang 10 cm, merunduk, pada puncak bunga membuka kemerahan, ukuran kecil. Setiap tandan mendukung 30-50 buah, bentuk jorong. Berbunga pada bulan Maret-April dengan masa mekar 6 hari (Marsusi, 2001: 153).
2.3.10.Polystacha flavescens (BI.) J.J.S (Anggrek topi)
Akar serabut, jumlah banyak dan rapat. Pertumbuhan batang simpodial, membentuk rimpang, mempunyai pseudobulb yang tumbuh rapat pada rimpang, berbentuk bulat lonjong, warna hijau kekuningan, diameter 1,5 cm. Daun 2 helai tumbuh di ujung pseudobulb, letak hamper berhadapan, berbentuk pita, panjang mencapai 13 cm, lebar 1 cm, tepi rata, ujunf meruncing, pertulangan sejajar, mempunyai tangki, permukaan halus. Tandan bunga mencapai panjang 30 cm, tegak dan bercabang, jumlah lebih dari 100 kuntum dalam satu tandan. Daun kelopak atas berbentuk dayung, sedangkan yang samping berbentuk segitiga dengan pangkal besatu membentik tabung. Daun mahkota berbentuk pita, kelopak dan mahkota bunga tersusun dalam bentuk topi. Buah berbentuk bulat lonjong bersekat 3, berbunga sepanjang tahun dengan lama mekar 6 hari, menyukai tempat terbuka di bawah naungan pohon (Marsusi, 2001: 153).
2.3.11.Trichoglottiss sp.
Akar serabut, jumlah sedikit. Pertumbuhan batang monopodial, membentuk rumpun, tanpa pseudobulb. Batang berbentuk bulat memanjang, agak melengkung, ukuran kecil. Daun tumbuh rapat di sepanjang batang, tersusun berhadapan,  berbentuk jorong, panjang 5 cm, lebar 1,5 cm, ujung berbelah, tepi rata, permukaan licin dan agak kaku, pertulangan sejajar. Bunga tumbuh pada setiap-tiap ketiak daun, ukuran kecil, berwarna putih kekuningan (Marsusi, 2001: 153).





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari sabtu-minggu tanggal 8-9 Oktober 2011 yang bertempat di taman hutan Raden Suryo, Cangar, Kota Batu.

B.     Alat dan Bahan
Sebagai objek penunjang terlaksananya penelitian, alat dan bahan di sini sangat diperlukan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1.      Kamera
2.      Alat tulis, dan
3.      Buku pedoman spesies

C.    Prosedur Penelitian
Agar penelitian berjalan dengan baik dan benar , maka diperlukan prosedur penelitian. Sehingga dengan adanya prosedur penelitian, peneliti dapat melakukan penelitian secara sistematis dan terarah. Adapun prosedur  dalam penelitian ini meliputi :
1.      Dicari jenis tumbuhan anggrek epifit
2.      Diidentifikasi jenis anggrek dari hasil pencarian
3.      Diinventerisasi semua jenis anggrek dari hasil pencarian dan pengidentifikasian




DAFTAR PUSTAKA

Jenny, J. Rondonuwu. 2007. Kebutuhan Hara Tanaman Hias Anggrek. Manado. Vol: 7 No (7). Diakses Tanggal 4 Oktober 2011
Tirta, I Gede. 2010. Studi Anggrek Epifit Pada Tiga Lokasi Di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur. Vol: 13 No (1). Diakses Tanggal 4 Oktober 2011
Marsusi. 2001. Studi Keanekaragaman Anggrek Epifit Di Hutan Jobolarangan. Surakarta. Vol: 2 No (2): Diakses Tanggal 4 Oktober 2011
Puspaningtyas, Dwi Murti. 2007. Inventarisasi Anggrek dan Inangnya Di Taman Nasional Betiri Jawa Timur. Vol: 8 No (3). Diakses Tanggal 4 Oktober 2011
          Diakses Tanggal 4 Oktober 2011
Anonymous. 2011. http. file:///G:/morfologi-anggrek.html. Diakses Tanggal 4 Oktober 2011